
Profil Lewis Hamilton, Sang Legenda Balap dari Inggris – Lewis Hamilton adalah salah satu nama paling berpengaruh dalam dunia Formula 1 (F1). Ia dikenal bukan hanya karena kecepatannya di lintasan, tetapi juga karena kepribadian, gaya hidup, dan perjuangannya melawan diskriminasi di dunia olahraga. Lahir dengan nama lengkap Lewis Carl Davidson Hamilton pada 7 Januari 1985 di Stevenage, Hertfordshire, Inggris, ia tumbuh dalam keluarga sederhana yang penuh dukungan dan tekad kuat.
Sejak kecil, Hamilton sudah menunjukkan minat besar terhadap dunia balap. Ia mulai mengendarai go-kart pada usia delapan tahun, dan bakatnya langsung terlihat. Ayahnya, Anthony Hamilton, berperan besar dalam karier awal Lewis. Dengan pengorbanan besar, sang ayah bekerja keras di beberapa pekerjaan sekaligus demi membiayai hobi balap anaknya.
Titik balik terjadi ketika Lewis yang baru berusia 10 tahun mendatangi Ron Dennis, bos tim McLaren, dalam sebuah acara penghargaan. Dengan berani, ia berkata, “Suatu hari nanti, saya ingin membalap untuk tim Anda.” Ron Dennis yang kagum dengan semangat bocah itu kemudian menulis di buku tanda tangan Lewis: “Hubungi saya dalam sembilan tahun.” Janji itu benar-benar terwujud.
Pada tahun 1998, McLaren dan Mercedes menandatangani kontrak dukungan jangka panjang dengan Lewis Hamilton di usia 13 tahun — menjadikannya salah satu pembalap muda pertama yang mendapat dukungan penuh dari tim besar F1.
Hamilton terus menunjukkan prestasi gemilang di berbagai kejuaraan junior. Ia menjuarai British Formula Renault pada 2003, Formula 3 Euro Series pada 2005, dan GP2 Series (sekarang Formula 2) pada 2006. Setahun kemudian, ia mendapat kesempatan yang ditunggu-tunggu — debut di Formula 1 bersama tim McLaren Mercedes.
Debutnya pada musim 2007 langsung mencuri perhatian dunia. Dalam musim pertamanya, Hamilton finis di posisi kedua klasemen, hanya terpaut satu poin dari juara dunia Kimi Räikkönen. Luar biasa, ia bahkan mengalahkan rekan setimnya yang merupakan juara dunia dua kali, Fernando Alonso.
Pada tahun berikutnya, 2008, Lewis Hamilton menorehkan sejarah dengan menjadi juara dunia termuda dalam sejarah Formula 1 saat itu (usia 23 tahun). Kemenangan dramatisnya di Grand Prix Brasil — di mana ia menyalip Timo Glock di tikungan terakhir untuk mengamankan gelar — menjadi salah satu momen paling legendaris dalam sejarah F1.
Dominasi Bersama Mercedes dan Rekor Dunia
Setelah beberapa musim bersama McLaren, Hamilton memutuskan langkah besar pada 2013: bergabung dengan Mercedes-AMG Petronas Formula One Team. Banyak pengamat saat itu meragukan keputusannya, karena Mercedes belum menjadi tim dominan di F1. Namun, keputusan itu ternyata menjadi langkah paling sukses dalam kariernya.
Mulai musim 2014, Formula 1 memasuki era mesin hybrid turbo V6, dan Mercedes tampil luar biasa. Hamilton langsung mendominasi, memenangkan juara dunia 2014 dan 2015 dengan performa yang hampir tanpa tandingan.
Dalam delapan musim berikutnya, ia menorehkan sejumlah rekor luar biasa, antara lain:
-
7 gelar juara dunia F1 (menyamai rekor legendaris Michael Schumacher).
-
103 kemenangan Grand Prix, menjadikannya pembalap dengan kemenangan terbanyak dalam sejarah F1.
-
104 pole position, rekor tertinggi sepanjang masa.
-
Lebih dari 190 podium finishes selama kariernya.
Hamilton dikenal karena gaya membalap yang agresif namun presisi, serta kemampuannya menjaga performa ban dan membaca strategi balapan. Ia juga sangat kuat dalam kondisi basah, sering kali tampil dominan saat hujan.
Selain kemampuan teknisnya, Hamilton juga dikenal karena profesionalisme dan konsistensi tinggi. Ia hampir tidak pernah membuat kesalahan besar di lintasan, dan tetap kompetitif bahkan ketika mobilnya tidak dalam kondisi terbaik.
Salah satu musim paling dikenang adalah 2020, di mana ia menyamai rekor Schumacher dengan gelar ketujuh, sekaligus mendominasi dengan keunggulan luar biasa meski menghadapi musim yang terganggu pandemi.
Namun, musim 2021 menjadi salah satu yang paling kontroversial. Dalam pertarungan sengit melawan Max Verstappen, Hamilton kehilangan gelar dunia di lap terakhir Grand Prix Abu Dhabi karena keputusan kontroversial dari race director. Meski begitu, ia menunjukkan sportivitas luar biasa dan tetap disegani banyak pihak.
Di luar lintasan, Hamilton juga menjadi ikon gaya hidup dan aktivisme sosial. Ia aktif memperjuangkan kesetaraan ras, keadilan sosial, dan lingkungan hidup. Pada 2021, ia mendirikan “The Hamilton Commission”, sebuah lembaga yang bertujuan meningkatkan representasi kaum minoritas di dunia motorsport.
Hamilton juga menjadi pembalap vegan pertama di F1 dan secara terbuka mendukung gaya hidup berkelanjutan. Ia menggunakan ketenarannya untuk menginspirasi generasi muda agar lebih sadar terhadap isu sosial dan lingkungan.
Kesimpulan
Lewis Hamilton bukan hanya seorang pembalap hebat, tetapi juga ikon global yang mengubah cara dunia memandang olahraga balap. Dari anak kecil yang bermimpi di lintasan go-kart hingga menjadi legenda Formula 1 dengan tujuh gelar dunia, perjalanan hidupnya adalah kisah tentang kerja keras, ketekunan, dan keberanian untuk berbeda.
Prestasi Hamilton tidak hanya tercermin dari trofi yang ia menangkan, tetapi juga dari pengaruh positif yang ia berikan di luar arena balap. Ia menggunakan platformnya untuk memperjuangkan perubahan sosial dan menginspirasi banyak orang, terutama dari latar belakang yang kurang terwakili.
Dengan rekor luar biasa dan semangat yang tak pernah padam, Lewis Hamilton akan selalu dikenang sebagai salah satu pembalap terbaik sepanjang masa, seorang pionir yang melampaui batas kecepatan dan makna kemenangan itu sendiri.
Singkatnya, Lewis Hamilton bukan sekadar legenda lintasan — ia adalah simbol ketekunan, keberanian, dan inspirasi dunia olahraga modern.